0 Comments
Biasanya 1) aku tetep menulis. Setelah selesai baru di edit bagian yang aku enggak suka. Kenapa nunggu selesai? Karena kalau ngeditnya ketika nulis, adanya enggak nulis-nulis tapi sibuk beragumen ke diri sendiri, kata apa yang mau dipakai.
2) Aku bikin jadwal menulis. Misalnya hari ini nulis bab perkenalan, besok nulis bab bubar, lusa nulis bab balik lagi. Hal ini menghindari panik karena semua mau ditulis sekaligus. Jadwal menulis ini juga bikin hati tenang karena jadi terlihat apa ada bagian tulisan yang terlupakan. 3) Mengerjakan hal lain, enggak hanya menulis 24 jam sehari. Hal ini buat mengurangi pressure “Saya harus nulis”. Semakin dijadikan keharusan, apalagi dipaksa, semakin tegang dan akhirnya makin galau dan semua kata kabur ketika buka laptop. 4) Kamu tidak sendirian. Konon kabarnya, “Galau Pas Nulis“ itu masalah laten semua penulis sedunia. Banyak buku, website, blog yang membahas tema ini, sekaligus memberi tips-tipsnya. Dan ini membawa kita ke nomor…. 5) Coba caramu sendiri. Tiap orang punya cara menghilangkan takut dan stress yang berbeda. Ada yang lebih senang membuang galau dengan cara membahasnya dengan teman/ kenalan, ada yang malah jadi suka mengurung diri, menulis puisi atau melukis buat memperkuat inspirasi, ada juga yang menjadikan makanan sumber penguat semangat kerja (jujur, ini kadang aku juga suka makan comfort food biar memacu semangat nulis) dan banyak lagi. Jadi jangan segan mencoba cara-cara lain untuk menepis galaumu. Semoga sukses menepis galau dan ditunggu tulisannya ya. |
Let's write!
A collection of Q&A about the writing world (in Indonesian Language). Will be posted periodically, one theme per month. Archives
August 2019
Categories |