Saya pun melakukan riset, terutama tentang apa saja yang ada di sana. Karena saya mengunjungi daerah penghasil wine, tentunya yang ada di sana adalah… wine. Nah, ini kesempatan saya membuka wawasan. Dulu tahunya hanya wine merah, wine putih; asam , tidak asam; sudah. Ternyata, jenis wine bisa ratusan (kalau tidak ribuan). Proses kerjanya juga macam-macam. Jenis mesinnya apalagi. Kehidupan orangnya pun unik dengan banyak tradisi lokal. Sekarang, mulailah digabung dengan tema di kepala saya. Cerita apa yang menarik dilakukan di perkebunan wine? Mengambil dari kisah sehari-hari yang saya dengar atau tahu dari orang-orang di sekitar saya. Keluarlah ide-ide: Romantis. Kisah Cinta. Pemilik perkebunan. Kisah cinta pemilik perkebunan. Lalu “what if”, bagaimana jika terjadi demikian…? Lalu seterusnya? Bagaimana jika si pemilik perkebunan bertemu wanita yang tidak pernah berkebun sebelumnya? Wanita karir di kantor. Apa yang akan ia lakukan. Apa yang akan mereka lakukan? Mulailah saya merangkai cerita dengan data TKP yang saya punya. Walau di dalam novel, ceritanya sendiri fiksi, tapi nama tempat, lokasi benar-benar ada. Kalau pun diubah namanya (seperti nama gedung atau perkebunan yang milik pribadi – sehingga tidak dapat dipakai namanya tanpa meminta ijin), rincian detail gedung atau perkebunan itu sesuai dengan aslinya. Sehingga pembaca dapat melihat di internet (misalnya di website resmi kota Langenlois http://langenlois.at), bangunan, perkebunan, semua lokasi yang menginsipirasi cerita ini. Hal-hal detail juga tidak dilupakan. Jadi bentuk topografi wilayah, bentuk rumah, makanan, bentuk ruang bawah tanahnya, bentuk jalan-jalan di sana dipakai dalam novel. Juga semua bentuk kegiatan di wilayah itu. Termasuk berbagai rupa dan nama dan rasa wine di sana yang nantinya menjadi tambahan detil bagi tokoh-tokoh cerita saya. Terutama angkat hal-hal yang dinggap wajar ada di sana, tapi tidak biasa di Indonesia. Misalnya toko yang tutup kalau jam makan siang, jadwal bus, dsb. Dalam penulisan karakter, kita juga dapat menggunakan karakter manusia asli yang kita temui dalam liburan. Misalnya tokoh Dagny di novel ini terus terang adalah mix tokoh nyata dan fantasi. Karakternya adalah karakter si pemilik perkebunan di dunia nyata yang saya temui ketika ke sana, namun masalah hidup dia di novel 100% fiksi. Semua lalu digabung, ditulis, sampai menjadi novel utuh. Mudah kan? Ini rangkuman dari penjelasan di atas:
Nah sekarang? Tunggu apa lagi? Abadikan liburanmu itu menjadi sebuah novel!
0 Comments
|
Let's write!
A collection of Q&A about the writing world (in Indonesian Language). Will be posted periodically, one theme per month. Archives
August 2019
Categories |